Wednesday, 24 May 2006

Dari Deir Yassin Ke Bumiku..

Bukankah nafasku dan nafasmu,
Sama-sama berkongsikan denyutan?
Bukankah Tuhanmu dan Tuhanku,
Bersama kita punyai iman?
Mungkin kau terlupa atau sengaja melupakan?
Di dalam termeterai ruang dalam khayalan,

Semalam semacam enak bermimpi,
Di bumi ini ku termimpikan bumimu,
Dirogol dan dihenyak dengusan nafas,
Yang gagah dan gah merobek kedamaian,
Semacam terjanji dan termetri,
Kekhuatiran yang telah diterjemahkan,

Aku bukan menjadimu,
Engkau bukanlah aku,
Setelah terlerai segala impian,
Bumi ini bisa terpancur,
Darah yang sama melulur di badan,
Aku dan engkau tiadanya beza,

Bukanlah ingin menempik kegusaran,
Sekadar inginkan kedamaian,
Dalam bumi yang kehijau-hijauan,
Di sasaran kontang tiadanya sempadan,
Dan bukanlah aku kalaulah aku,
Masih mencari dalam tangisan,

Engkau dan aku pohonkan simpati,
Dia dan engkau pohonkan “empathy”,
Dari perang yang tiada penghujung,
Sehingga terpancur setiap khayalan,
Dari khayalan bersambung khayalan,
Dan mimpi bertukar ganti,

Andai aku pula ditukar ganti,
Kepastian terpancur darah sendiri,
Setiap langkah bisa terhenti,
Memandang aku dalam diri sendiri,
Aku tak rela aku tak mengerti,
Mengapakah ada aku di sini?

- 11/4/2002, 1.45 petang
- Pejabat Kebudayaan Kesenian Negeri Perak

No comments:

SENI BAHASA DAN SENI RUPA DALAM CERMINAN AKAL BUDI MELAYU

                                                                                Oleh - Hesmel Faznee Faisal Allahyarham Pendeta Za’ba (1985-...